Aksi Brutal Petugas Rutan di Kaltim Disaksikan Warga.

Tahanan kabur dipukuli oleh petugas Rumah Tahanan (Rutan) Klas IIB Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur
Tahanan kabur dipukuli oleh petugas Rumah Tahanan (Rutan) Klas IIB Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur

SegmenNews.com – Petugas Rumah Tahanan (Rutan) Klas IIB Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur berhasil menangkap dua tahanannya yang mencoba melarikan diri.

Dilansir dari vivanews, bahwa aksi penangkapan tahanan kabur itu berbuntut panjang. Petugas Rutan memukuli dua orang tahanan itu dengan brutal di depan warga.

Dua narapidana itu diseret, kemudian diinjak-injak. Sementara, beberapa warga yang kebetulan berada di lokasi menonton aksi petugas Rutan. Tindakan anarkis petugas Rutan ketika menangkap tahanan itu sempat direkam dan beredar secara luas.

Peristiwa tragis itu penangkapan dua tahanan kabur itu terjadi Jumat tanggal 21 Juni lalu. Ranti, warga Jalan Mangga II Gang Pelangi, Tanjung Redeb yang menyaksikan pemukulan tersebut mengkisahkan insiden tersebut.
Semula, dia mendengar ada dua tahanan yang berhasil kabur dari dalam Rutan. Kemudian, di sekitar tempat kejadian di Jalan Mangga ramai dengan petugas yang berusaha mengejar tahanan kabur.

Tak lama kemudian, petugas rupanya berhasil menemukan dua orang yang dikejarnya. Mereka bersembunyi di semak-semak tak jauh dari kawasan Rutan.

Petugas yang marah kemudian menyeret dua tahanan itu dari semak ke gang yang jalannya masih bermaterikan pasir dan batu (sirtu).

Di jalanan yang kondisinya buruk itu, dua orang tahanan itu dibaringkan. Lalu, para petugas Rutan bergantian menganiaya. Ada yang menendang perut, menginjak perut bahkan menginjak bagian kepala dua tahanan tersebut.

“Dua tahanan yang kabur itu diperlakukan seperti binatang. Mereka diangkat dari semak kemudian diinjak dan ditendang-tendang,” kata Ranti.

Ada dua versi video penganiayaan yang beredar. Versi pendek berdurasi hanya 12 detik. Sedangkan versi panjangnya berdurasi 2 menit 12 detik. Di dalam adegan itu, terlihat jelas bagaimana petugas Rutan menendang, menginjak dan memukul bagian kepala serta perut tahanan yang berhasil ditangkap itu.

Tak puas hanya menganiaya, dua tahanan itu kemudian diikat kaki dan tangannya kemudian kembali dipukuli secara bergantian. Pemukulan baru berhenti ketika sebuah mobil pikap datang. Petugas kemudian mengangkat tubuh dua tahanan itu dan melemparkannya ke bak bagian belakang mobil pikap.

“Paling banyak dipukul di bagian kepala. Warga sudah ada yang berusaha mengingatkan, tapi petugas itu marah. Mereka bilang, biarkan saja. Ini pantas mati. Kalau mereka kabur, saya bisa dipecat,” kata Ranti, menirukan ucapan petugas rutan.

Ada sekitar 5 petugas yang melakukan pengejaran. Mereka menggunakan seragam dinas. Warga menyayangkan aksi brutal petugas rutan itu. Sebab, ketika pemukulan itu terjadi ada beberapa anak-anak yang melihat langsung pemukulan brutal itu.

Tanggapan Karutan

Kepala Rutan Klas IIB Tanjung Redeb, Budi Prajitno, membenarkan perihal pemukulan yang dilakukan anak buahnya terhadap dua tahanan yang kabur. Namun, dia membantah jika dua tahanan itu tewas pasca peristiwa penangkapan itu.

Dua tahanan itu kabur dengan cara memanjat tembok pembatas Rutan. Begitu berhasil memanjat tembok, dua tahanan kemudian berada di kawasan perumahan warga.

Petugas yang tahu bahwa ada tahanan kabur kemudian berusaha melakukan pengejaran. Tahanan yang diketahui bernama Dodi dan Kunding itu lalu mengancam akan memukul penjaga yang memergokinya menggunakan besi yang dia temukan di sekitar rumah warga.

Petugas kemudian menghindar sembari menunggu bantuan datang. Ketika beberapa petugas Rutan datang, penangkapan kemudian terjadi.

Dia membenarkan ada pemukulan ketika penangkapan dilakukan. Namun, dia berkilah ketika itu anggotanya terbawa emosi karena sebelumnya sempat diancam oleh Kunding.

“Sempat ada perlawanan, awalnya satu lawan satu dengan petugas. Pada akhirnya ketika sudah dikepung dan kakinya dalam keadaan sakit, dia tidak mampu melarikan diri. Yang meninggal itu tidak ada, mereka sehat semua di dalam Rutan,” katanya.

Budi menyatakan permohonan maafnya atas penganiayaan para anggotanya di depan umum dan menjadi tontonan. Dia akan melakukan penindakan dan pemeriksaan terhadap kejadian tersebut.

Namun, Budi menyebutkan, penyebab kaburnya dua tahanan itu adalah kurangnya jumlah personel Rutan. Ketika kejadian, hanya ada tiga anggotanya yang bertugas mengawasi.

Seharusnya ada empat petugas di dalam Rutan, satu lainnya meminta izin tak bisa turun. Dengan kondisi seperti itu, dia mengakui pengawasan lemah dan kurang kontrol. (***)