Berdalih Urusan Perut, Aktivis Tolak Penutupan Lokalisasi Dolly

Lokalisasi Dolly.  Jalan Doli/Dolly Surabaya di kenal sebagai kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara. FOTO SI/AKBAR INSANI
Lokalisasi Dolly. Jalan Doli/Dolly Surabaya di kenal sebagai kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara. FOTO SI/AKBAR INSANI

SegmenNews.com- Upaya Pemkot Surabaya untuk menutup Lokalisasi Dolly menuai ganjalan. Kali ini penolakan datang dari kalangan aktivis. Penutupan Dolly, menurut para aktivis, harus dipertimbangkan karena menyangkut masalah ekonomi masyarakat sekitar.

Irwanto, salah satu aktivis Surabaya menganggap wacana penutupan Dolly ini hanyalah pencitraan di tahun politik. “Kebijakan ini setengah-setengah dan akan menumpuk masalah besar. Jika mau memberantas prostitusi jangan tebang pilih. Sekalian panti pijat, warung remang-remang, dan cafe juga ditutup agar tidak ada kesan tebang pilih,” kata Irwanto, saat dikonfirmasi, Rabu (7/5/2014).

Ia menjelaskan, lokalisasi Dolly sebelumnya adalah makam di zaman Belanda yang diubah menjadi tempat pemuas nafsu bagi pasukan Belanda dan para orang kaya lokal. Hingga akhirnya menjadi tempat yang berubah kelas seperti sekarang ini.

“Menurut saya seharusnya tak perlu ditutup karena banyak perut yang bergantung di sana. Namun diatur seketat mungkin,” katanya.

Ada upaya yang membuat Dolly akan tutup dengan sendirinya. Contohnya, adalah dinaikkan tarif PSK seperti pelacuran high class. Tujuannya, adalah agar Dolly dijauhi peminat. Lambat laun akan tutup dengan sendirinya.

Pemkot Surabaya, menurut dia, harus sadar dan jangan memandang rendah para PSK serta mucikari dengan memberinya uang saku lantas selesai. Tapi harus memanusiakan mereka. “Batalkan Penutupan Dolly yang disinyalir cuma isu menjelang Pilpres untuk Wali Kota Surabaya,” kata Irawanto.***

Red: hasran
sumber: okezone